TRI PRAS`S BLOG...
TRIPRAS@BLOGSPOT.COM
pengertian hasad
Pengertian Hasad Hasad ialah perasaan tidak senang melihat orang lain mendapatkan kenikmatan (kesenangan). Hasad dapat membuat seseorang mudah membuat dan menyebarkan berita yang tidak benar (kejelekan) orang lain yang tidak ada buktinya. Sifat hasad mudah membuat gosip (berita tidak benar) terhadap orang yang tidak disukainya. Sifat hasad dapat merusak kebaikan yang dimiliki seseorang.
Hasad
adalah merasa tidak suka dengan nikmat yang telah Allah berikan kepada
orang lain. atau mengharapkan hilangnya nikmat Allah dari orang lain,
bahkan semata-mata merasa tidak suka dengan nikmat yang Allah berikan
kepada orang lain itu sudah terhitung hasad diiringi harapan agar nikmat
tersebut hilang ataupun sekedar merasa tidak suka. Demikianlah hasil
pengkajian yang dilakukan oleh Syaikul Islam Ibnu Taimiyyah. Beliau
menegaskan bahwa definisi hasad adalah merasa tidak suka dengan nikmat yang Allah berikan kepada orang lain.
Hasad memiliki banyak bahaya di antaranya:
Ringkasnya, HASAD adalah akhlak yang tercela, meskipun demikian sangat disayangkan hasad ini banyak ditemukan di antara para ulama dan dai serta di antara para pedagang. Orang yang punya profesi yang sama itu umumnya saling dengki. Namun sangat disayangkan di antara para ulama dan para dai itu lebih besar. Padahal sepantasnya dan seharusnya mereka adalah orang-orang yang sangat menjauhi sifat hasad dan manusia yang paling mendekati kesempurnaan dalam masalah akhlak.
- Tidak menyukai apa yang Allah takdirkan. Merasa tidak suka dengan nikmat yang telah Allah berikan kepada orang lain pada hakikatnya adalah tidak suka dengan apa yang telah Allah takdirkan dan menentang takdir Allah.
- Hasad itu akan melahap kebaikan seseorang sebagaimana api melahap kayu bakar yang kering karena biasanya orang yang hasad itu akan melanggar hak-hak orang yang tidak dia sukai dengan menyebutkan kejelekan-kejelekannya, berupaya agar orang lain membencinya, merendahkan martabatnya dll. Ini semua adalah dosa besar yang bisa melahap habis berbagai kebaikan yang ada.
- Kesengsaraan yang ada di dalam hati orang yang hasad. Setiap kali dia saksikan tambahan nikmat yang didapatkan oleh orang lain maka dadanya terasa sesak dan bersusah hati. Akan selalu dia awasi orang yang tidak dia sukai dan setiap kali Allah memberi limpahan nikmat kepada orang lain maka dia berduka dan susah hati.
- Memiliki sifat hasad adalah menyerupai karakter orang-orang Yahudi. Karena siapa saja yang memiliki ciri khas orang kafir maka dia menjadi bagian dari mereka dalam ciri khas tersebut. Nabi bersabda, “Barang siapa menyerupai sekelompok orang maka dia bagian dari mereka.” (HR Ahmad dan Abu Daud, shahih)
- Seberapa pun besar kadar hasad seseorang, tidak mungkin baginya untuk menghilangkan nikmat yang telah Allah karuniakan. Jika telah disadari bahwa itu adalah suatu yang mustahil mengapa masih ada hasad di dalam hati.
- Hasad bertolak belakang dengan iman yang sempurna. Nabi bersabda, “Kalian tidak akan beriman hingga menginginkan untuk saudaranya hal-hal yang dia inginkan untuk dirinya sendiri.” (HR Bukhari dan Muslim). Tuntutan hadits di atas adalah merasa tidak suka dengan hilangnya nikmat Allah yang ada pada saudara sesama muslim. Jika engkau tidak merasa susah dengan hilangnya nikmat Allah dari seseorang maka engkau belum menginginkan untuk saudaramu sebagaimana yang kau inginkan untuk dirimu sendiri dan ini bertolak belakang dengan iman yang sempurna.
- Hasad adalah penyebab meninggalkan berdoa meminta karunia Allah. Orang yang hasad selalu memikirkan nikmat yang ada pada orang lain sehingga tidak pernah berdoa meminta karunia Allah padahal Allah ta’ala berfirman,
- "Dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang dikaruniakan Allah kepada sebahagian kamu lebih banyak dari sebahagian yang lain. (karena) bagi orang laki-laki ada bahagian dari pada apa yang mereka usahakan, dan bagi Para wanita (pun) ada bahagian dari apa yang mereka usahakan, dan mohonlah kepada Allah sebagian dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui segala sesuatu.” (QS. an Nisa’: 32)
- Hasad penyebab sikap meremehkan nikmat yang ada. Maksudnya orang yang hasad berpandangan bahwa dirinya tidak diberi nikmat. Orang yang dia dengki-lah yang mendapatkan nikmat yang lebih besar dari pada nikmat yang Allah berikan kepadanya. Pada saat demikian orang tersebut akan meremehkan nikmat yang ada pada dirinya sehingga dia tidak mau menyukuri nikmat tersebut.
- Hasad adalah akhlak tercela. Orang yang hasad mengawasi nikmat yang Allah berikan kepada orang-orang di sekelilingnya dan berusaha menjauhkan orang lain dari orang yang tidak sukai tersebut dengan cara merendahkan martabatnya, meremehkan kebaikan yang telah dia lakukan dll.
- Ketika hasad timbul umumnya orang yang di dengki itu akan dizalimi sehingga orang yang di dengki itu punya hak di akhirat nanti untuk mengambil kebaikan orang yang dengki kepadanya. Jika kebaikannya sudah habis maka dosa orang yang di dengki akan dikurangi lalu diberikan kepada orang yang dengki. Setelah itu orang yang dengki tersebut akan dicampakkan ke dalam neraka.
Ringkasnya, HASAD adalah akhlak yang tercela, meskipun demikian sangat disayangkan hasad ini banyak ditemukan di antara para ulama dan dai serta di antara para pedagang. Orang yang punya profesi yang sama itu umumnya saling dengki. Namun sangat disayangkan di antara para ulama dan para dai itu lebih besar. Padahal sepantasnya dan seharusnya mereka adalah orang-orang yang sangat menjauhi sifat hasad dan manusia yang paling mendekati kesempurnaan dalam masalah akhlak.
Dosa
hasad merupakan dosa yang pertama dilakukan iblis yang enggan tunduk
memberi penghormatan kepada Adam as sehingga ia dikutuk Allah SWT.
Sedang dosa yang pertama muncul di bumi ialah dosa yang dilakukan Qabil
karena hasad kepada saudaranya sendiri yang bernama Habil. Habil dibunuh
Qabil yang hasad karena iri akan nikmat yang diperoleh Habil yang
qurbannya diterima Allah SWT.
Di dalam Al-Quran dikisahkan:
Ceriterakanlah
kepada mereka kisah kedua putera Adam (Habil dan Qabil) menurut yang
sebenarnya, ketika keduanya mempersembahkan kurban, maka diterima dari
salah seorang dari mereka berdua (Habil) dan tidak diterima dari yang
lain (Qabil).
la berkata (Qabil): “Aku pasti membunuhmu!”
Berkata Habil: “Sesungguhnya Allah hanya menerima (korban) dari orang-orang yang bertakwa”.
“Sungguh
kalau kamu menggerakkan tanganmu kepadaku untuk membunuhku, aku
sekali-kali tidak akan menggerakkan tanganku kepadamu untuk membunuhmu.
Sesungguhnya aku takut kepada Allah, Tuhan seru sekalian alam”.
“Sesungguhnya aku ingin agar kamu kembali dengan (membawa) dosa (membunuh) ku dan dosamu sendiri, maka kamu akan menjadi penghuni neraka, dan yang demikian itulah pembalasan bagi orang-orang yang zalim”.
Maka hawa nafsu Qabil menjadikannya menganggap mudah membunuh saudaranya, sebab itu dibunuhnyalah, maka jadilah ia seorang di antara orang-orang yang merugi. Kemudian Allah menyuruh seekor burung gagak menggali-gali di bumi untuk memperlihatkan kepadanya (Qabil) bagaimana dia seharusnya menguburkan mayat saudaranya.
Berkata Qabil: “Aduhai celaka aku, mengapa aku tidak mampu berbuat seperti burung gagak ini, lalu aku dapat menguburkan mayat saudaraku ini? ” Karena itu jadilah dia seorang di antara orang-orang yang menyesal (QS. Al-Maidah[5]: 27-31).
Oleh
karena itu, dalam QS. Al-Falaq [113] ayat 5 Allah S WT menginformasikan
kepada kita untuk senantiasa memohon perlindungan kepada-Nya dari
kejahatan orang yang hasad apabila ia hasad.
Hasad
mempunyai pengertian secara bahasa berarti dengki, benci. Sedangkan
menurut istilah yaitu membenci nikmat Allah SWT yang dianugerahkan
kepada orang lain, dengan keinginan agar nikmat yang didapat orang
tersebut segera hilang atau terhapus.
Lebih jauh para pakar mengemukakan pengertian hasad sebagai berikut:
- Menurut Al-Jurjani Al-Hanafi dalam kitabnya, hasad ialah menginginkan atau mengharapkan hilangnya nikmat dari orang yang didengki (mahsud) supaya berpindah kepadanya (orang yang mendengki atau hasad).
- Menurut Imam al-Ghazali hasad ialah membenci nikmat Allah SWTyang ada pada diri orang lain, serta menyukai hilangnya nikmat tersebut.
- Menurut Sayyid Quthb dalam tafsirnya hasad ialah kerja emosional yang berhubungan dengan keinginan agar nikmat yang diberikan Allah S WT kepada seseorang dari hamba-Nya hilang dari padanya. Baik cara yang dipergunakan oleh orang yang dengki itu dengan tindakan supaya nikmat itu lenyap dari padanya atas dasar iri hati, atau cukup dengan keinginan saja. Yang jelas motif dari tindakan itu adalah kejahatan.
Bila
kita simak dengan seksama pengertian-pengertian yang dikemukakan di
atas, nampak dengan jelas bahwa perilaku hasad atau dengki adalah
penyakit rohani, yang akan sangat mempengaruhi eksistensi amal kebaikan
yang dilakukan seseorang.
Hal
ini sebagaimana dinyatakan Rasulullah Saw dalam sabdanya, “Jauhilah
oleh kamu sekalian sikap hasad (dengki), karena sesungguhnya sikap hasad
itu memakan (menghabiskan) kebaikan-kebaikan sebagaimana api memakan
(menghabiskan) kayu bakar“. (HR. Abu Daud -Ibnu Majah dari Abu
Hurairah).
Yang
sangat menarik dari redaksional hadits di atas adalah kata hasad dalam
bentuk mufrad (singular) dan hasanaat dalam bentuk jamak (plurat), ini
artinya satu kali berbuat hasad akan berakibat kepada rusaknya amal-amal
kebaikan yang pernah dilakukan.
Oleh
karena itu prilaku hasad sebagaimana diutarakan diatas adalah termasuk
satu dari jenis-jenis per-buatan yang terlarang. Rasulullah Saw
bersabda, “Janganlah kamu sekalian saling menghasud, saling membenci,
saling memata-matai, saling membukakan aib, saling tipu dan saling
menjatuhkan, tapi jadilah kamu sekalian hamba Allah yang bersaudara“.
(HR. Muslim dari Abu Hurairah ra.).
Kendati
demikian, perlu diketahui bahwa ada pula prilaku hasad yang dibolehkan,
karena berdampak positif, yang dalam istilah lainnya disebut dengan
al-ghibtah. Hasad dalam arti al-ghibtah ini dijelaskan dalam hadits
Rasulullah Saw:
“Tidak
boleh hasad kecuali dalam dua hal, yaitu (hasad kepada) orang-orang
yang diberi kemampuan (membaca) al-Quran oleh Allah, lalu dia menegakkan
(melaksanakan membaca) al-Quran baik diwaktu siang ataupun malam dan
(hasad kepada) orang-orang yang diberi harta oleh Allah lalu dia
infakkan baik diwaktu malam ataupun diwaktu siang“. (HR Muslim).
Menghindari sifat hasad:
- Belajar dan memahami aqidah islam yang benar, baik tentang keimanan ataupun syari’at serta mengamalkannya. Kebenaran aqidah merupakan sumber segala perbaikan dan kebaikan. Hal ini dilakukan dengan terus senantiasa menggali isi kandungan Al Qur’an dan Hadits.
- Memahami dengan benar konsep takdir menurut syari’at Islam, sehingga faham kalau segala kenikmatan dan rizqi serta yang lainnya tidak lepas dari ketentuan takdir Allah. Dengan memahami ini diharapkan tidak timbul dalam diri kita rasa iri dan dengki terhadap orang lain, karena tahu itu semua tidak lepas dari ketetapan takdir Allah.
- Meyakini dengan benar dan kokoh bahwa semua kenikmatan tersebut berasal dari Allah dan diberikan kepada setiap orang sesuai dengan hikmah yang diinginkanNya. Sebab tidak semua kenikmatan yang Allah berikan kepada orang lain itu baik untuknya.
- Membersihkan hati dengan berusaha mengamalkan seluruh syari’at islam.
- Memandang dunia dengan segala perhiasannya sebagai sesuatu yang akan punah dengan cepat dan sesuatu yang tidak seberapa dibanding akherat. Demikian juga memandang tujuan akhir kehidupannya adalah akherat yang kekal abadi.
- Selalu mengingat bahaya hasad bagi kehidupan dunia dan akheratnya.
- Selalu mencanangkan dalam hatinya kewajiban mencintai saudaranya, sehingga tidak merasa panas melihat saudaranya lebih baik darinya dalam permasalahan dunia.
- Berusaha memenuhi hak-hak saudaranya sesama muslim dan mencari teman baik yang mengingatkan dan menasehatinya.
- Selalu mengingat kematian dan pembalasan Allah atas kedzoliman dan kerusakan yang ditumbulkan hasad tersebut.
- Mengingat keutamaan zuhud dan lapang dada terhadap nikmat yang Allah anugrahi kepada orang lain serta kewajiban bersyukur terhadap nikmat yang dianugrahkan kepadanya. Sebab semua ini akan menimbulkan sifat qana’ah dan kaya diri. Sifat qana’ah dan kaya diri ini yang akan membawanya kepada sifat iffah dan takwa.
Semoga
cara menghindari Hasad ini bermanfaat dan semoga kita terhindar dari
sifat yang amat tercela ini. Yang bukan saja merugikan diri sendiri,
tapi juga orang lain. Amiin.
Langganan:
Entri (Atom)
Pengertian Hasad, Riya, Dzolim, Aniaya,dan Diskriminasi
HASAD
Kata hasad berasal dari bahasa Arab yang berarti iri, dengki. Iri berarti merasa kurang senang dan cemburu melihat orang lain beruntung atau mendapatkan suatu kesenangan. Iri juga salah satu bentuk gangguan mental karena semakin banyak melihat orang lain senang, maka semakin gelisah pula hatinya. Adapun dengki merupakan akibat adanya sikap iri.
Larangan bersikap hasad dijelaskan Rasulullah SAW dalam sebuah hadits berikut :
إِيَّاكُمْ وَالْحَسَدَ فَإِنَّ الْحَسَدَ يَأْكُلُ الْحَسَنَاتِ كَمَا تَأْكُلُ النَّرُ الْحَطَبَ.
Artinya :Jagalah dirimu dari hasad, karena sesungguhnya hasad itu merusak kebaikan. Sebagaimana api memakan kayu bakar (HR. Abu Daud No. 4257 dari Abu Hurairah)
RIYA
Menurut bahasa riya berasal dari bahasa Arab yaitu dari kata “ الِريَاءُ “yang berarti memperlihatkan atau pamer.
اِنَّ اَخْفَ مَا اَخَافَ عَلَيْكُمْ ا لشِّرْ كُ الْاَ صْغَرُ قَالُوْا يَا رَسُوْ لَ اللهِ وَمَا ا لشِّرْكُ قَالَ الرِّيَاءُ
Artinya :
”Sesungguhnya perkara yang paling aku khawatirkan dari beberapa hal yang aku khawatirkan adalah syirik kecil.Sahabat bertanya,”Apa syirik kecil itu, ya Rasulallah ? ” Beliau menjawab,”Riya.” (HR Ahmad nomor 225828 dari Mahmud bin Labidin) .
C. Dzolim
وَعَنْ جَابِرِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ اَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: اِتَّقُوْ الظُّلْمَ فَاِنَ الظُّلْمَ ظُلُمَاتٌ يَوْمَ القِيَامَةِ
( واه مسلم )
Artinya :”Diterima dari Jabir ra bahwa Nabi SAW. bersabda: “Takutilah kezaliman itu sebab sesungguhnya kezaliman itu merupakan kegelapan pada hari kiamat ( HR. Muslim )
D. Aniaya
a. Pengertian aniaya
Aniaya ditinjau dari segi bahasa adalah dari kalimat zholim yang berarti aniaya, perbuatan yang melampaui batas, menempatkan sesuatu bukan pada tempatnya dan menentang pada kebenaran.
وَعَنْ جَابِرِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ اَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: اِتَّقُوْ الظُّلْمَ فَاِنَ الظُّلْمَ ظُلُمَاتٌ يَوْمَ القِيَامَةِ
Artinya: “Diterima dari Jabir ra bahwa Nabi SAW. bersabda: “Takutilah kezaliman itu sebab sesungguhnya kezaliman itu merupakan kegelapan pada hari kiamat”. (HR. Muslim).
E. Diskriminasi
Pengertian diskriminasi
Diskriminasi adalah perbedaan. bersikap membeda-bedakan atau memisahkan antara sesama manusia, baik karena perbedaan derajat, suku, bangsa, warna kulit, jenis kelamin, usia, golongan, ideologi dan sebagainya
وَلا تَكُونُوا مِنَ الْمُشْرِكِينَ . مِنَ الَّذِينَ فَرَّقُوا دِينَهُمْ وَكَانُوا شِيَعًا كُلُّ حِزْبٍ بِمَا لَدَيْهِمْ فَرِحُونَ
Artinya: “Dan janganlah kamu Termasuk orang-orang yang mempersekutukan Allah, Yaitu orang-orang yang memecah-belah agama mereka dan mereka menjadi beberapa golongan. tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada golongan mereka”. (QS. ar-Rum: 31-32).
Kata hasad berasal dari bahasa Arab yang berarti iri, dengki. Iri berarti merasa kurang senang dan cemburu melihat orang lain beruntung atau mendapatkan suatu kesenangan. Iri juga salah satu bentuk gangguan mental karena semakin banyak melihat orang lain senang, maka semakin gelisah pula hatinya. Adapun dengki merupakan akibat adanya sikap iri.
Larangan bersikap hasad dijelaskan Rasulullah SAW dalam sebuah hadits berikut :
إِيَّاكُمْ وَالْحَسَدَ فَإِنَّ الْحَسَدَ يَأْكُلُ الْحَسَنَاتِ كَمَا تَأْكُلُ النَّرُ الْحَطَبَ.
Artinya :Jagalah dirimu dari hasad, karena sesungguhnya hasad itu merusak kebaikan. Sebagaimana api memakan kayu bakar (HR. Abu Daud No. 4257 dari Abu Hurairah)
RIYA
Menurut bahasa riya berasal dari bahasa Arab yaitu dari kata “ الِريَاءُ “yang berarti memperlihatkan atau pamer.
اِنَّ اَخْفَ مَا اَخَافَ عَلَيْكُمْ ا لشِّرْ كُ الْاَ صْغَرُ قَالُوْا يَا رَسُوْ لَ اللهِ وَمَا ا لشِّرْكُ قَالَ الرِّيَاءُ
Artinya :
”Sesungguhnya perkara yang paling aku khawatirkan dari beberapa hal yang aku khawatirkan adalah syirik kecil.Sahabat bertanya,”Apa syirik kecil itu, ya Rasulallah ? ” Beliau menjawab,”Riya.” (HR Ahmad nomor 225828 dari Mahmud bin Labidin) .
C. Dzolim
وَعَنْ جَابِرِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ اَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: اِتَّقُوْ الظُّلْمَ فَاِنَ الظُّلْمَ ظُلُمَاتٌ يَوْمَ القِيَامَةِ
( واه مسلم )
Artinya :”Diterima dari Jabir ra bahwa Nabi SAW. bersabda: “Takutilah kezaliman itu sebab sesungguhnya kezaliman itu merupakan kegelapan pada hari kiamat ( HR. Muslim )
D. Aniaya
a. Pengertian aniaya
Aniaya ditinjau dari segi bahasa adalah dari kalimat zholim yang berarti aniaya, perbuatan yang melampaui batas, menempatkan sesuatu bukan pada tempatnya dan menentang pada kebenaran.
وَعَنْ جَابِرِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ اَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: اِتَّقُوْ الظُّلْمَ فَاِنَ الظُّلْمَ ظُلُمَاتٌ يَوْمَ القِيَامَةِ
Artinya: “Diterima dari Jabir ra bahwa Nabi SAW. bersabda: “Takutilah kezaliman itu sebab sesungguhnya kezaliman itu merupakan kegelapan pada hari kiamat”. (HR. Muslim).
E. Diskriminasi
Pengertian diskriminasi
Diskriminasi adalah perbedaan. bersikap membeda-bedakan atau memisahkan antara sesama manusia, baik karena perbedaan derajat, suku, bangsa, warna kulit, jenis kelamin, usia, golongan, ideologi dan sebagainya
وَلا تَكُونُوا مِنَ الْمُشْرِكِينَ . مِنَ الَّذِينَ فَرَّقُوا دِينَهُمْ وَكَانُوا شِيَعًا كُلُّ حِزْبٍ بِمَا لَدَيْهِمْ فَرِحُونَ
Artinya: “Dan janganlah kamu Termasuk orang-orang yang mempersekutukan Allah, Yaitu orang-orang yang memecah-belah agama mereka dan mereka menjadi beberapa golongan. tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada golongan mereka”. (QS. ar-Rum: 31-32).
- Hasad dapat memecahkan persatuan, kesatuan, dan persaudaraan kaum muslimin.
- Hidupnya tidak pernah tenang dan tenteram. Orang yang hasad selalu dalam keadaan gundah gulana dan resah melihat orang lain lebih darinya.
Berikut ini sebagian upaya yang dapat kita lakukan untuk mengatasi penyakit hasad.
Pertama, Ridha Terhadap Takdir Allah Subhanahu wa Ta’ala
Setiap
manusia yang lahir ke dunia, telah Allah tetapkan rezekinya. Dan
sesungguhnya Allah membagi rezeki dan nikmat dengan ilmu-Nya. Dengan
hikmah-Nya Allah melapangkan rizki-Nya kepada siapa saja yang Dia
hendaki, dan dengan keadilan-Nya Dia tidak memberi kepada siapa saja
yang Dia hendaki. AllahSubhanahu wa Ta’ala berbuat sekehendak-Nya, namun tidaklah sekali-kali Dia menzholimi hamba-Nya.
Kedua, Berdoa Kepada Allah.
Sesungguhnya
Al-Qur’an adalah petunjuk dan obat penawar dari segala macam penyakit
hati. Maka barangsiapa mendapati penyakit dalam hatinya, hendaklah dia
mencari obat penawarnya dalam Al-Qur’an.
Allah Subhanahu wa Ta’ala telah memuji para sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang
telah berdo’a kepada Allah untuk memohon perlindungan dari sifat hasad
(dengki) yang dapat memicu kebencian dan permusuhan diantara orang yang
beriman.
Inilah
sikap mulia orang-orang sholih sebelum kita. Sudah selayaknya kita
meneladani mereka. Allah menceritakan kisah mereka dalam Al-Qur’an dan
menjadikannya sebagai pelajaran bagi kita semua. Mereka banyak berdo’a
kepada Allah dengan mengucapkan:
رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَ ِلإِخْوَانِنَا الَّذِيْنَ سَبَقُوْنَا بِالإِيْمَانِ
وَلاَ تَجْعَلْ فِيْ قُلُوْبِنَا غِلاًّ لِلَّذِيْنَ آَمَنُوْا
رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوْفٌ رَحِيْمٌ (10)
“Ya
Rabb Kami, berikanlah ampunan kepada Kami dan saudara-saudara Kami yang
telah beriman lebih dulu dari Kami, dan janganlah Engkau membiarkan
kedengkian dalam hati Kami terhadap orang-orang yang beriman. Ya Rabb
Kami, sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-Hasyr: 10).
Ketiga, Sibukkan Diri Dengan Memikirkan Aib Sendiri
Sifat
hasad biasanya akan menyibukkan hati dengan mencari-cari aib dan
kesalahan orang lain. Maka solusi terbaik untuk menanggulanginya adalah
mengingat kebaikan orang lain dan menyibukkan diri dengan memikirkan aib
sendiri kemudian memperbaikinya.
Ada nasehat yang sangat indah dari ‘Abdullah Al-Muzanni rahimahullah.
Beliau mengatakan, “Jika iblis memberikan bisikan kepadamu bahwa engkau
lebih mulia dari muslim lainnya, maka waspadalah. Jika ada orang yang
lebih tua darimu, maka katakanlah, “Orang ini telah mendahuluiku dalam
beriman dan beramal sholih, maka dia lebih baik dariku.” Jika ada orang
yang lebih muda darimu, maka katakanlah, “Aku telah mendahului orang ini
dalam maksiat dan dosa, serta lebih pantas mendapatkan siksa
dibandingkan dirinya, maka sebenarnya dia lebih baik dariku.”
Demikianlah sikap yang seharusnya engkau perhatikan ketika engkau melihat yang lebih tua atau yang lebih muda darimu.” (Hilyatul Auliya’, 1/310)
Keempat, Selalu Bersyukur Dengan Yang Sedikit.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مَنْ لَمْ يَشْكُرِ الْقَلِيْلَ لَمْ يَشْكُرِ الْكَثِيْرَ
“Barangsiapa yang tidak mensyukuri yang sedikit, maka ia tidak akan mampu mensyukuri sesuatu yang banyak.” (Hadits hasan. Diriwayatkan oleh Ahmad, 4/278. Hadits ini dinilai hasan oleh Al-Albanirahimahullah dalam As-Silsilah Ash-Shohihah, no. 667).
Kelima, Selalu Memandang Orang Yang Ada di Bawah.
Pada
dasarnya, jiwa manusia memiliki tabiat menyukai kedudukan yang
terpandang, dan tidak ingin ada yang menyaingi atau lebih tinggi
darinya. Dari sanalah hasad ini biasanya muncul, karena sumber dari
penyakit hasad adalah cinta terhadap perkara-perkara dunia, seperti
cinta harta benda, kedudukan, jabatan, maupun pujian manusia. Oleh
karena itulah, sifat hasad ini paling banyak menimpa orang-orang yang
cinta jabatan dan kekuasaan.
Fudhail bin Iyadh rahimahullah mengatakan,
“Tidaklah seseorang mencintai kekuasaan, melainkan pasti ia merasa iri
dan dengki terhadap lawannya, suka mencari-cari aib orang lain, dan
tidak suka bila kebaikan lawannya disebut-sebut.” (Disarikan dari Durus al-’Am, edisi terjemahan: Kultum Setahun jilid I, hal. 205, Abdul Malik bin Muhammad Abdurrahman al-Qasim).
Persaingan
dalam perkara duniawi akan mengobarkan hasad dan melalaikan manusia
dari nikmat-nikmat Allah yang telah dicurahkan padanya.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah
memerintahkan kepada kita untuk melihat orang-orang yang ada di bawah
kita dalam perkara harta dan dunia. Hal ini akan menjadikan kita lebih
ridha dan bersyukur dengan nikmat yang Allah limpahkan pada kita.
Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
اُنْظُرُوْا إِلَى مَنْ هُوَ أسْفَلَ مِنْكُمْ
وَلاَ تَنْظُرُوْا إِلَى مَنْ هُوَ فَوْقَكُمْ،
فَهُوَ أَجْدَرُ أَنْ لاَ تَزْدَرُوْا نِعْمَةَ اللهِ عَلَيْكُمْ
“Pandanglah
orang yang berada di bawah kalian (dalam masalah harta dan dunia) dan
janganlah kalian memandang orang yang berada di atas kalian. Karena yang
demikian itu lebih pantas agar kalian tidak meremehkan nikmat Allah
yang telah dilimpahkan kepada kalian.” (Hadits shohih. Diriwayatkan oleh Muslim, no. 2963)
Kelima, Berbuat Baik Kepada Orang Yang Kita Hasad Padanya
Mungkin
ini adalah perkara yang paling berat untuk dilakukan, namun sungguh
akan memberikan pengaruh yang luar biasa, dengan ijin Allah Ta’ala.
Kita bisa berbuat baik dengan menebarkan salam atau saling memberi
hadiah, yang semua itu akan memperkuat rasa persaudaraan dan menumbuhkan
rasa kasih sayang. Kita juga berusaha mendo’akannya dengan kebaikan
karena dengan mendoakan kebaikan kepada orang lain, kita akan
mendapatkan kebaikan semisal dengan isi do’a kita.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
إِنَّ دَعْوَةَ الْمَرْءِ الْمُسْلِمِ مُسْتَجَابَةٌ لِأَخِيْهِ بِظَهْرِ الْغَيْبِ،
عِنْدَ رَأْسِهِ مَلَكٌ مُوَكَّلٌ بِهِ،
كُلَّمَا دَعَا لِأَخِيْهِ بِخَيْرٍ، قَالَ: آمِيْنَ، وَلَكَ بِمِثْلٍ
“Do’a
seorang muslim kepada saudaranya ketika saudaranya tidak mengetahuinya
adalah do’a yang mustajab (terkabulkan). Di sisinya ada malaikat yang
bertugas mengaminkan do’anya. Tatkala dia mendo’akan saudaranya dengan
kebaikan, Malaikat tersebut mengucapkan: Amin.., engkau akan mendapatkan
yang semisal dengannya.” (Hadits shohih. Diriwayatkan oleh al-Bukhari dalam al-Adab al-Mufrod, no. 625 dan Ahmad, no. 26279. Hadits ini dinilai shohih oleh al-Albani dalam Shohiih al-Adab al-Mufrod, no. 488)
Penutup
Apabila
ada yang bertanya, “Jika kita iri dengan orang yang pandai membaca
Al-Qur’an dan kita ingin seperti dia, apakah ini juga terlarang?”
Pertanyaan ini membutuhkan pembahasan tersendiri, silahkan membaca
artikel berikut ini : Ghibthoh, Iri Yang Diperbolehkan
cc to : Tri Pras
Minggu, Mei 16, 2010
Bentuk dan contoh dari perbuatan riya’,aniaya,diskriminasi
Bentuk dan contoh perbuatan riya’
a.Riya merusak amal perbuatan
Barang siapa yang
riya di dalam shalat,puasa,berdo’a dan di dalam melakukan amal kebajikan,maka
batal amal perbuatannya.Disamping menyebabkan batalnya amal perbuatan,riya juga
termasuk perbuatan dosa besar.
b.Riya merusak keimanan
Dalam surat al-ma’un
diungkapkan”tahukah kamu orang yang mendustakan agama.Itulah orang yang
menghardikanak yatim,dan tidak menganjurkan memberi makan orang miskin.Maka
kecelakaanlah bagi orang yang shalat (yaitu) orang-orag yang lali dari
shalatya,orang-orang yang berbuat riya,dan enggan (menolong dengan) barang
yang berguna”.
Orang-orang yang
riya,yaitu orang-orang berbuat riya di dalam amal perbuatan mereka.Mereka itu
di golonkan orang yang medustakan agama.
c.riya sebagai sebagian dari syirik
Dalam beberapa
riwayat dinyatakan bahwa:orang yang riya,di panggil dengan seruan”wahai orang
musyrik”.
Seperti orang yang mendirikan shalat,orang yang menjalankan
puasa,semuanya itu tidak dilakukan nya semata hanya untuk allah melainkan juga
untuk manusia.
Contoh dari perbuatan riya :
a.Seseorang yang telah bersedekah kepada yayasan,dan meminta
ketua yayasan supaya orang yang bersedekah tadi disebutkan/di umumkan kepada
orang lain,ahwa dirinya telah bersedekah.
b.seseorang yang memiliki kecerdasan yang luar biasa dan memamerkannya/menonjolkannya kepada
semua orang.
c.Orang yang telah menunaikan ibadah haji di tahun kemarin dan akan menunaikan
ibadah haji lagi di tahun ini.Dengan maksud agar mendapat gelar haji da di puji
oleh orang lain.Dan masih bayak lagi contoh-contoh yang lainnya .
Solusi Mengatasi Riya’
Solusi Mengatasi Riya’Anda telah mengetahui, wahai Muslim, bahwa riya’ akan melebur amal perbuatan baik dan menjadi sebab kemurkaan Allah. Riya’ adalah salah satu hal yang merusak. Inilah karakteristik dan keinginannya. Maka bersegeralah untuk bersungguh sungguh menghilangkannya.
Solusi bagi riya’terdiri dari ilmu dan amal. Rasanya pahit, tetapi hasilnya lebih manis dari sahid.
Pada bagian berikut ini kami akan menjelaskannya.
1. Mengetahui bermacam macam Tauhid tentang Keagungan Allah S.W.T
Mengetahui Allah dengan segala nama dan sifatNya akan membersihkan hati dari kelemahan. Apabila seorang hamba mengetahui bahwa yang mampu memberi kemanfaatan dan kemudlaratan adalah Allah semata mata, kapan pun Dia menginginkan, maka rasa kekhawatiran kepada manusia akan hilang dari hatinya ketika syetan menghiasi ibadahnya di depan manusia, karena khawatir akan celaan manusia dan mengharapkan sanjungan mereka.
Demikian pula, ketika seorang hamba mengetahui bahwa Allah Maha Mendengar dan Maha Melihat, maka dia akan mengetahui fitnahan mata dan apa yang tersembunyi di dalam dada, maka keinginan untuk mendekat karena manusia akan hilang dan ia akan taat kepada Allah seolah olah dia melihatNya. Kalaupun dia merasa tidak bias melihat Allah, maka sesungguhnya Allah melihatnya.
Wahai hamba Allah, cukuplah bagi kamu menghadirkan Allah pada dirimu. Dialah Dzat yang mengatakan,
“Bukankah Allah cukup untuk melindungi hamba hambaNya dan mereka menakutimu dengan (sembahan sembahan) yang selain Allah? Dan siapa yang disesatkan Allah, maka tak seorang pun dapat memberinya petunjuk.”
Ketika seorang hamba mengetahui bahwa Allah Maha Agung dan Maha Kuasa, maka hatinya akan mengagungkan Nya, dan tersibukkan untuk menyintaiNya.
Demikian pula hijab riya’ akan tersingkap dengan jelas di hadapan tauhid, kemanisan iman, dan keterlenaan dalam kecintaan kepada Allah sehingga akan memenuhi hati seorang hamba dan semakin memperkokoh pilar keimanannya.
2. Mengetahui Balasan Kenikmatan dan Kenikmatan yang Dijanjikan Allah S.W.T di Akhirat
Allah S.W.T berfirman,
“Katakanlah: Sesungguhnya aku ini manusia biasa seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku: “Bahwa Sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan yang Esa”. Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, Maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya”. (Al Kahfi :110)
Allah S.W.T menyebut secara bersamaan antara pertolongan dalam amal shalih dengan harapan pertemuan dengan Allah S.W.T. Maka diantara yang terkandung dalam ma’rifat (pengetahuan) terhadap pertemuan ini adalah ma’rifat tentang adanya kenikmatan dan siksaan, antara kebahagiaan dan kesengsaraan.
Derajat ini adalah bahwa jika seorang hamba dapat menghadirkan surga dan kenikmatannya yang telah dijanjikan oleh Allah kepada orang orang yang bertakwa, maka kenikmatan yang akan di dapatkan ini akan merendahkan keinginan yang muncul dari pujian dan sanjungan manusia. Apabila ia merasakan kepedihan dan kecelakaan yang diancamkan Allah kepada orang orang yang riya’ maka pasti dia akan lari menuju Allah sebagai orang yang kembali. Semoga saja ia akan termasuk orang yang selamat dan tidak khawatir terhadap celaan dan penghinaan yang datangnya dari manusia.
3. Takut Terhadap Riya’
Barangsiapa yang takut terhadap suatu perkara dan selalu khawatir akan terjadinya perkara itu maka dia akan selamat. Oleh karenanya jika seseorang ingin menghilangkan keinginannya untuk mendapatkan pujian dan sanjungan maka hendaknya ia mengingat sendiri akan bahaya riya’, dan mengemukakan bahayanya. Maka keinginan itu akan membantunya terlepas dari belenggu bahaya. Karena mengetahui adanya sanjungan manusia berpengaruh kepada syahwat dan mengetahui bahaya riya’ akan berpengaruh pada ketidaksukaan.
4. Menghindari Celaan Allah
Orang menduga bahwa riya’ dapat menghindari diri dari celaan manusia, akan tetapi orang berakal mengetahui bahwa menghindar dari celaan Allah itu lebih utama. Wahai orang yang mengikuti hawa nafsunya, andaikata engkau betul ingin menghindar dari celaan, maka larilah kamu dari celaan Allah dengan mendekat kepadaNya. Ketahuilah bahwa Allah akan menjagamu dari celaan manusia, akan tetapi sebaliknya manusia tidak akan mampu sedikitpun melindungimu dari Allah.
Allah S.W.T berfirman :
“(Yaitu) ketika orang-orang yang diikuti itu berlepas diri dari orang-orang yang mengikutinya, dan mereka melihat siksa; dan (ketika) segala hubungan antara mereka terputus sama sekali. Dan berkatalah orang-orang yang mengikuti: “Seandainya Kami dapat kembali (ke dunia), pasti Kami akan berlepas diri dari mereka, sebagaimana mereka berlepas diri dari kami.” Demikianlah Allah memperlihatkan kepada mereka amal perbuatannya menjadi sesalan bagi mereka; dan sekali-kali mereka tidak akan keluar dari api neraka.” (Al Baqarah : 166 – 167).
Apakah yang kamu takuti itu kemarahan manusia? Padahal Allah lebih berhak untuk ditakuti jika kamu orang yang bernar.
5. Mengetahui Hal-Hal Yang Dihindari Oleh Syetan.
Syetan adalah musuh bagi manusia. Syetan merupakan sumber riya’ dan malapetaka yang dating kepada manusia dalam setiap keadaan manusia. Syetan mengirimkan bala tentaranya untuk menghancurkan benteng ketahanan manusia. Syetan juga mendatangkan pasukan berkuda dan pasukan berjalan kakinya untuk menyampaikan janji janjinya. Yang dijanjikan syetan itu hanyalah tipu daya, dan ia menghiasi setiap hal hal yang mungkar.
Inilah hakikat yang mesti dipahami oleh seorang Muslim agar dirinya selamat dari riya’. Hal itu dilakukan dengan menjaga diri dari hal hal yang dapat di paksa oleh syetan sehingga syetan dapat menguasai dirinya.
Syetan akan menjauh bila kita melakukan beberapa hal, antara lain dengan mengingat Allah, membaca Al Qur’an, memohon pertolongan padaNya, menyebut namaNya ketika keluar rumah, mengumandangkan Adzan, Membaca istirja’ (innalillahi wa inna ilaihi raji’un) ketika mendapat musibah, ketika membaca dua ayat ta’awudz, ketika sujud tilawah, dan lain lain (penjelasan rinci mengenai hal ini dengan menjelaskan argumentasi dari Al Qur’an dan Sunnah lihat artikel saya, “Maqami Al Syetan”, penerbit Al-Jauzi.)
6. Menyembunyikan Amal Kebaikan
Orang yang ikhlas akan selalu khawatir dengan riya’. Oleh karenanya mereka berusaha untuk memperdaya agar penglihatan manusia berpaling darinya ketika melakukan perbuatan baiknya. Orang orang yang ikhlas memiliki kekhawatiran yang besar untuk menjaga keburukan yang datang dari manusia. Itu semua dilakukan dengan harapan agar amal perbuatannya dilakukan dengan ikhlas. Agar pada Hari Kiamat nanti Allah membalas keikhlasan mereka.
Ahlu Al Khair tidak bertujuan mencari popularitas. Tidak memperlihatkan sesuatu karenanya dan juga tidak karena sebab sebab popularitas. Apabila di hadapan Allah ia terjatuh karena mendapatkan popularitas maka ia lebih memilih menghindari popularitas itu. Dia lebih terpengaruh oleh tidak adanya publikasi, karena publikasi mengakibatkan sikap ghurur (terpedaya) yang gilirannya memupuk keinginan untuk pamer.
Diriwayatkan dari Amir bin Sa’ad bin Abi Waqash yang berkata,”Said bin Abi Waqash sedang berada dekat onta dan barang rampasannya, kemudian anaknya, Umar, mendatanginya. Ketika Umar melihatnya, lalu berkata,”Aku berlindung kepada Allah dari kejelekan laki-laki yang sedang di atas onta ini.” Ketika ia telah sampai padanya, ia berkata,”Wahai Bapakku ! Aku rela engkau menjadi orang Arab dengan onta dan barang rampasanmu. Orang orang di Madinah saling menghindarinya.” Amir bin Sa’ad berkata,”Maka Sa’id lalu memukul dada Umar dengan tangannya dan berkata,”Diamlah wahai Anakku! Sesungguhnya aku mendengar Rasulullah S.A.W pernah bersabda,
”Sesungguhnya Allah itu indah dan mencintai hamba yang suci dan suka menyembunyikan amal.” (Hadits diriwayatkan oleh Imam Muslim 18/100-Nawawi, Imam Al Baghawi dalam Syarh Al Sunnah 15/21-22, lafadz hadits ini milik Al Baghawi).
Jika dikatakan dalam hadits ini terdapat celaan terhadap popularitas. Popularitas mana yang lebih besar daripada popularitas para nabi dan para imam agama (ulama)?!
Menurut pendapat saya, yang dicela adalah ketika seorang hamba mencari popularitas. Adapun mendapatkan popularitas karena Allah tanpa memintanyadari manusia, hal tersebut adalah karunia Allah yang diberikanNya kepada setiap hambaNya yang dia kehendaki. Allah adalah Dzat yang memiliki keutamaan yang Agung.
Jelas bahwa adanya riya’ menjadi fitnah bagi orang yang lemah. Perumpaan bagi orang yang lemah adalah seperti orang yang tenggelam di pantai, dan para pekerja pantai. Jika ia bergantung pada seseorang yang tenggelam maka ia akan menenggelamkannya. Adapun pekerja pantai yang waspada, maka kebergantungan orang yang tenggelam merupakan sebab kesuksesan dan keselamatan mereka.
7. Tidak Berlebihan Dalam Mencela dan Memuji Orang
Banyak orang yang hancur karena khawatir akan pujian manusia, senang akan pujiannya. Sehingga aktifitas, dan diamnya itu menyesuaikan dengan keridhaan manusia, yang mengharap pujian atau menghindari celaan.
Oleh karenanya, lihatlah karakteristik sesuatu yang karenanya engkau dipuji. Kalau itu sesuatu yang menguntungkan seperti ilmu dan wira’I, maka takutlah kamu pada akhirnya. Karena kekhawatiran dari hal itu akan melenakanmu dari kebahagiaan terhadap pujian. Jika kamu dengan mengharapkan akhir yang baik, maka kesenanganmu adalah karunia Allah atas dirimu, bukan karena pujian manusia kepadamu.
Jika pujian bukan hal yang tidak tepat untuk menjadikan manusia bahagia, seperti pangkat dan harta, maka ketahuilah bahwa akibatnya adalah kehilangannya. Itu adalah hal yang sifatnya duniawiyah. Dunia itu fana’ (rusak). Yang merasa sengan karena hal hal yang akan rusak adalah orang yang akalnya kerdil, dan jiwanya lemah. Barangsiapa yang sengan dengan sesuatu yang bukan miliknya, maka ini adalah puncak kegilaan.
Allah S.W.T berfirman,
“Katakanlah: “Dengan kurnia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira. kurnia Allah dan rahmat-Nya itu adalah lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan” (Yunus : 58).
Demikian pula, lihatlah orang yang mencelamu. Kalau ia benar benar bertujuan ingin menasehatimu maka seyogyanya engkau mengikutinya. Jangan marah. Karena ia telah menunjukkan kekuranganmu. Kalau tujuannya selain itu, maka semoga ketenangan ada pada jiwanya, dan ambillah manfaat dari ucapannya. Ia akan memberitahukanmu tentang sesuatu yang belum kamu ketahui dan mengingatkanmu dari kesalahan yang kamu lupa. Jika ia berlebih lebihan, padahal itu tidak kamu lakukan, maka sebaiknya kamu pikirkan tiga hal berikut,
Pertama, jika kamu memang tidak melakukan keburukan itu, maka kamu tidak akan melakukan yang serupanya. Manusia itu tempat kesalahan. Keburukan yang Allah sembunyikan dari kamu lebih banyak, maka ingatlah nikmat Allah kepadamu. Jika ini tidak dapat menghentikan orang yang berlebih lebihan tersebut, dan mendorong untuk melakukannya maka katakanlah bahwa kamu tidak melakukan hal itu.
Kedua, ucapan yang berlebih lebihan itu akan menutupi dosa dosamu jika kamu mau bersabar semata karena Allah.
Ketiga, orang bodoh ini tidak melanggar agamanya, menyebabkan kemurkaan Allah dan kemarahannya. Seperti dikatakan Allah S.W.T,
“Dan orang-orang yang beriman dan mengerjakan amalan-amalan yang shaleh, kelak akan Kami masukkan mereka ke dalam surga yang di dalamnya mengalir sungai-sungai; kekal mereka di dalamnya; mereka di dalamnya mempunyai isteri-isteri yang Suci, dan Kami masukkan mereka ke tempat yang teduh lagi nyaman” (An Nisaa : 57).
Allah telah membuat suatu janji yang benar. Dan siapakah yang lebih benar perkataannya daripada Allah? Jadilah kamu lebih baik dari orang itu. Maafkanlah ia, berdamailah dan mintakanlah ampunan Allah untuknya. Bukankah kamu suka jika Allah merahmati dan mencukupimu?
8. Berdoa
Kita mengetahui bahwa Rasulullah S.A.W mendoakan agar kita terhindar dari syirik besar dan syirik kecil, yaitu riya’. Diriwayatkan oleh Abi Ali, seorang laki laki dari Bani Kahil, berkata,”Abu Musa Al Asy’ari berkhutbah di hadapan kita, dan berkata,”Wahai manusia takutlah kamu kepada syirik ini. Karena ia lebih halus dari rambatan semut”. Kemudian Abdullah bin Hazn dan Qis bin Al Madharib berdiri dan berkata,”Demi Allah, sungguh kami tidak setuju dengan yang kau katakana atau kamu datangkan Amr, baik kami diizinkan atau tidak diberi izin.” Abu Musa berkata,”Bahkan aku tidak setuju dengan kamu. Pada suatu hari Rasulullah S.A.W pernah berkhutbah kepada kami, dan mengatakan,”Wahai manusia! Takutlah kamu kepada syirik. Karena sesungguhnya ia lebih halus dari rambatan semut”. Maka berkatalah orang yang dikehendaki Allah untuk berkata,”Bagaimana mengidentifikasinya, padahal ia lebih halus dari rambatan seekor semut, wahai Rasulullah?!” Rasulullah menjawab, “Berdoalah : Sesungguhnya kami berlindung kepadaMu dari menyekutukanMu dengan sesuatu yang kami ketahui, dan aku bermohon ampun kepadaMu dari sesuatu yang tidak kami ketahui.” (Hadits diriwayatkan oleh Imam Ahmad 4/403, dan perawi lainnya isnad hadits ini tsiqat, kecuali Abu ‘Ali yang disebut terakhir ini tidak ditsiqatkan, kecuali oleh Ibnu Hibban. Hadits ini memiliki syahid dari hadits Abu Bakar Shidiq R.A yang mempunyai dua jalur, pertama dari jalur Laist bin Abi Salim, dari Abi Muhammad dari Hazifah dari Abi ‘Ali. Hadits ini diriwayatkan Abu Ya’la dalam kitabnya Musnad Abu Bakar 17, Ibnu Sunniy dalam Kitab Amal Al Yaum wa Al Lailah 287. Menurut saya, ini isnad yang lemah. Karena Laist Mudallas Mukhtalis. Jalur kedua dari jalur Yahya Ibnu Katsir, dari Sufyan Al Tsauri, dari Ismail bin Abi Khalid, dari Qais bin Abi Hadzim, dari Abi ‘Ali. Hadits ini diriwayatkan oleh Abu Nu’aim dalam Al Hilyah 7/112, dan berkata,”Hadits ini hanya ditemukan dari Al Tsauri Yahya Ibnu Katsir. Menurut saya : hadits ini lemah/dha’if).
9. Berteman Dengan Orang Ikhlas dan Bertaqwa
Orang yang ikhlas tidak akan menghilangkan keikhlasannya kepadamu sedikitpun. Orang yang riya’ adakalanya akan menyebabkan kamu terjerumus dalam kehancuran, atau kamu akan mencium aroma riya’ yang sangat busuk yang akan semakin mendorong dan memotivasi dirimu untuk melakukan riya’ dan suka kepada orang yang riya’.
10. Mengetahui Faktor Faktor Yang Menyebabkan Riya’
Semoga Allah mengaruniakan kebaikan (surga) dan tambahan (perjumpaan denganNya) kepada kita. Ketahuilah wahai Muslim! Wahai hamba Allah! Allah telah mengajarkan kepada kami juga kamu hal ini adalah sejumlah bahaya riya’. Jadilah kamu orang yang selalu mewaspadainya. Instropeksilah dirimu. Sesungguhnya riya’ itu lebih halus dari bulu pada seekor semut.
Seorang hamba hendaknya tidak berputus asa untuk berusaha selalu bersikap ikhlas, karena ia telah pesimis dan beranggapan bahwa sikap ikhlas itu tidak dapat dilakukannya; hanya orang orang yang kuat saja yang dapat melakukannya. Kemudian ia tidak berusaha untuk melakukan usaha apapun untuk mendapatkan keikhlasan.
Ya Allah, janganlah Engkau sesakkan hati kami setelah Engkau beri hidayah. Janganlah Engkau buat kami merusak diri kami. Tetapkanlah kami pada agamaMu.
Maha Suci Allah dengan segala pujianNya. Maha Suci Engkau ya Allah dengan segala pujiMu. Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan kecuali Engkau. Aku memohon ampunan kepadaMu dan aku bertaubat kepadaMu.
Aniaya
a. Pengertian aniaya
Aniaya ditinjau dari segi bahasa adalah dari kalimat zholim yang berarti aniaya, perbuatan yang melampaui batas, menempatkan sesuatu bukan pada tempatnya dan menentang pada kebenaran.
وَعَنْ جَابِرِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ اَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: اِتَّقُوْ الظُّلْمَ فَاِنَ الظُّلْمَ ظُلُمَاتٌ يَوْمَ القِيَامَةِ
Artinya: “Diterima dari Jabir ra bahwa Nabi SAW. bersabda: “Takutilah kezaliman itu sebab sesungguhnya kezaliman itu merupakan kegelapan pada hari kiamat”. (HR. Muslim).
contoh perbuatan zalim dan aniaya
a.Zalim kepada Allah, dengan cara tidak mau melaksanakan perintah allah dan melaksanakan
laranganNya.
Contohnya : meninggalkan ibadah shalat, puasa, zakat dan ibadah lainnya,bahkan berbuat syirik, sihir dan perbuatan terlarang lainnya.
b. Zalim
kepada diri sendiri
Contohnya : Membiarkan diri sendiri tetap bodoh,miskin, malas, minum-minuman keras, bunuh diri dan lain-lain.
c. Zalim kepada orang lain (sesama manusia),
Contohnya : mengumpat, mengadu domba, memfitnah, mencuri, merampok,
penyiksaan, pembunuhan, dan lain-lain.
d.Zalim kepada makhluk lain atau alam sekitarnya,
Contohnya : menebang pohon tanpa aturan, membuang sampah sembarangan, menyembelih binatang dengan senjata tumpul, dan lain-lain
- Hasud artinya merasa tidak senang jika orang lain mendapatkan kenikmatan dan berusaha agar kenikmatan tersebut cepat berakhir dan berpindah kepada dirinya, serta merasa senang kalau orang lain mendapat musibah.
1. Hasud yang terlarang
Adalah hasud terhadap kenikmatan yang dimiliki orang lain, sehingga menimbulkan kedengkian, dll
Dalam kehidupan sehari-hari hal ini sering terjadi sehingga dengan ketidaksenangan tersebut dapat mengakibatkan timbulnya perbuatan tercela yang lainnya misalnya : Timbul kebencian, permusuhan, mencelakakan orang lain, merampok, menghancurkan hak milik orang lain dll.
3. Penyebab pokok hasud adalah :
a. Kalah bersaing dalam merebut simpati orang atau dalam usaha.
b. Sifat kikir yang berlebihan
c. Cinta dunia dan sejenisnya.
d. Merasa sakit jika orang lain memiliki kelebihan
e. Tidak beriman kepada qadha dan qadar.
4. Akibat hasud
Nabi Muhammas saw bersabda :”Waspadalah terhadap hasud “sesungguhnya hasud mengikis pahala sebagaimana api memakan kayu
Orang hasud telah menentang Allah s.w.t. dengan lima hal iaitu:
B. Sifat Riya
Riya artinya memperlihatkan perbuatan (ibadah) kepada orang lain agar disanjung atau dipuji. Maksud lain adalah beribadah dengan niat karena ALLAH dan karena ingin dilihat, disanjung atau dipuji manusia. Hakikat riya sebenarnya ada dalam hati, dan tidak selamanya ditunjukkan dalam perbuatan, karena ada orang yang menunjukkan perbuatannya dengan niat memberi contoh. Oleh karena itu hanya Allah-lah yang dapat menilai apakah perbuatan tersebut mengandung riya atau tidak ?
1. Jenis Riya
- Riya dalam niat
Riya ini muncul ketika mengawali suatu pekerjaan. Seseorang yang akan melakukan ibadah berkeinginan untuk mendapatkan pujian dan sanjungan manusia
- Riya dalam perbuatan
Yaitu riya orang yang selalu memperlihatkan ketekunan beribadah bukan karena sedang member contoh atau bukan diwaktu saat orang banyak melakukannya.
2. Bahaya Riya
Penyakit ini termasuk jenis penyakit yang sangat berbahaya karena bersifat lembut (samar-samar) tapi berdampak luar biasa.
“Kecelakaan bagi orang-orang yang shalat, yaitu orang-orang yang lalai dari shalatnya, dan orang-orang yang berbuat riya’,
Bahaya Riya’ bagi Amal Perbuatan :
a. Menyia nyiakan amal shalih, dari pengaruh baiknya dan tujuan luhurnya
b. Riya’ adalah syirik khafi. c. Riya’ mewariskan kehinaan dan kekerdilan. d. Riya’ menghalangi pahala akhirat. e. Riya’ menambah kesesatan
3. Cara menghindari riya
Sudah diketahui bahwa bahaya riya sangatlah besar, dan kita sebagai umat muslim sudah selayaknya untuk menghindari perbuatan riya tersebut, diantaranya adalah dengan cara :
Mempersiapkan niat hanya karena Allah saja, tidak menampakkan ibadah kecuali untuk memberi contoh dan diwaktu orang banyak melakukannya.
BEBERAPA PERKARA YANG BUKAN TERMASUK RIYA’
1. Seseorang yang beramal dengan ikhlas, namun mendapatkan pujian dari manusia tanpa ia kehendaki.
2. Seseorang yang memperindah penampilan karena keindahan Islam.
3. Beramal karena memberikan teladan bagi orang lain.
4. Bukan termasuk riya’ pula bila ia semangat beramal ketika berada ditengah orang-orang yang lagi semangat beramal. (tak ke-gua)
C. Aniaya
Aniaya artinya dzolim yaitu meletakkan sesuatu bukan pada tempatnya. Dengan demikian orang lain diperlakukan secara tidak sesuai dengan semestinya.
Perbuatan aniaya dapat dikelompokkan ke dalam 2 kelompok yaitu :
Aniaya pada diri sendiri, yaitu berlaku zalim kepada diri sendiri, misalnya tidak mengurus diri dengan baik, atau tidak melakukan perbuatan yang seharusnya diperbuat oleh diri sendiri.
Aniaya pada orang lain, yaitu berlaku zalim kepada orang lain baik dengan perkataan, perbuatan dll, baik terhadap manusia, binatang, maupun tetumbuhan.
Cara menghindari aniaya
Dalam upaya menghindari perbuatan aniaya ini hendaknya kita memperhatikan hak-hak diri sendiri, hak orang lain, hak binatang, alam, dsb. Selain itu pula kita hendaknya takut kepada dosa, karena Allah swt telah melarang kita berbuat aniaya, atau berbuat kerusakan di muka bumi ini.
D. Diskriminasi
Diskriminasi artinya memandang sesuatu tidak secara adil dan memperlakukannya pula secara pilih kasih.Agar kita terhindar dari perbuatan diskriminasi ini perlu sekali memahami tentang hak-hak dan kewajiban seseorang. Jika kita mau melakukan diskriminasi, maka perhatikan dulu apakah dia memang berhak atau tidak, jika memang berhak, maka kita harus mengurungkan diri untuk berbuat diskriminasi.
MENGHINDARI AKHLAK TERCELA ( Hasud, Riya, Aniaya dan Diskriminasi )
A. Hasud- Hasud artinya merasa tidak senang jika orang lain mendapatkan kenikmatan dan berusaha agar kenikmatan tersebut cepat berakhir dan berpindah kepada dirinya, serta merasa senang kalau orang lain mendapat musibah.
1. Hasud yang terlarang
Adalah hasud terhadap kenikmatan yang dimiliki orang lain, sehingga menimbulkan kedengkian, dll
Dalam kehidupan sehari-hari hal ini sering terjadi sehingga dengan ketidaksenangan tersebut dapat mengakibatkan timbulnya perbuatan tercela yang lainnya misalnya : Timbul kebencian, permusuhan, mencelakakan orang lain, merampok, menghancurkan hak milik orang lain dll.
- 2. Hasud yang diperbolehkan
3. Penyebab pokok hasud adalah :
a. Kalah bersaing dalam merebut simpati orang atau dalam usaha.
b. Sifat kikir yang berlebihan
c. Cinta dunia dan sejenisnya.
d. Merasa sakit jika orang lain memiliki kelebihan
e. Tidak beriman kepada qadha dan qadar.
4. Akibat hasud
Nabi Muhammas saw bersabda :”Waspadalah terhadap hasud “sesungguhnya hasud mengikis pahala sebagaimana api memakan kayu
Orang hasud telah menentang Allah s.w.t. dengan lima hal iaitu:
- Kerana ia membenci nikmat Allah s.w.t. terhadap orang lain
- Dia tidak suka pembahagian Allah s.w.t. untuk dirinya seolah-olah ia berkata: “Mengapa Engkau membagi begini?”
- Ia bakhil terhadap kurniaan Allah s.w.t.
- Dia membantu kepada iblis laknatullah
- 1. Cara menghindari hasud
B. Sifat Riya
Riya artinya memperlihatkan perbuatan (ibadah) kepada orang lain agar disanjung atau dipuji. Maksud lain adalah beribadah dengan niat karena ALLAH dan karena ingin dilihat, disanjung atau dipuji manusia. Hakikat riya sebenarnya ada dalam hati, dan tidak selamanya ditunjukkan dalam perbuatan, karena ada orang yang menunjukkan perbuatannya dengan niat memberi contoh. Oleh karena itu hanya Allah-lah yang dapat menilai apakah perbuatan tersebut mengandung riya atau tidak ?
1. Jenis Riya
- Riya dalam niat
Riya ini muncul ketika mengawali suatu pekerjaan. Seseorang yang akan melakukan ibadah berkeinginan untuk mendapatkan pujian dan sanjungan manusia
- Riya dalam perbuatan
Yaitu riya orang yang selalu memperlihatkan ketekunan beribadah bukan karena sedang member contoh atau bukan diwaktu saat orang banyak melakukannya.
2. Bahaya Riya
Penyakit ini termasuk jenis penyakit yang sangat berbahaya karena bersifat lembut (samar-samar) tapi berdampak luar biasa.
“Kecelakaan bagi orang-orang yang shalat, yaitu orang-orang yang lalai dari shalatnya, dan orang-orang yang berbuat riya’,
Bahaya Riya’ bagi Amal Perbuatan :
a. Menyia nyiakan amal shalih, dari pengaruh baiknya dan tujuan luhurnya
b. Riya’ adalah syirik khafi. c. Riya’ mewariskan kehinaan dan kekerdilan. d. Riya’ menghalangi pahala akhirat. e. Riya’ menambah kesesatan
3. Cara menghindari riya
Sudah diketahui bahwa bahaya riya sangatlah besar, dan kita sebagai umat muslim sudah selayaknya untuk menghindari perbuatan riya tersebut, diantaranya adalah dengan cara :
Mempersiapkan niat hanya karena Allah saja, tidak menampakkan ibadah kecuali untuk memberi contoh dan diwaktu orang banyak melakukannya.
BEBERAPA PERKARA YANG BUKAN TERMASUK RIYA’
1. Seseorang yang beramal dengan ikhlas, namun mendapatkan pujian dari manusia tanpa ia kehendaki.
2. Seseorang yang memperindah penampilan karena keindahan Islam.
3. Beramal karena memberikan teladan bagi orang lain.
4. Bukan termasuk riya’ pula bila ia semangat beramal ketika berada ditengah orang-orang yang lagi semangat beramal. (tak ke-gua)
Aniaya artinya dzolim yaitu meletakkan sesuatu bukan pada tempatnya. Dengan demikian orang lain diperlakukan secara tidak sesuai dengan semestinya.
Perbuatan aniaya dapat dikelompokkan ke dalam 2 kelompok yaitu :
Aniaya pada diri sendiri, yaitu berlaku zalim kepada diri sendiri, misalnya tidak mengurus diri dengan baik, atau tidak melakukan perbuatan yang seharusnya diperbuat oleh diri sendiri.
Aniaya pada orang lain, yaitu berlaku zalim kepada orang lain baik dengan perkataan, perbuatan dll, baik terhadap manusia, binatang, maupun tetumbuhan.
Cara menghindari aniaya
Dalam upaya menghindari perbuatan aniaya ini hendaknya kita memperhatikan hak-hak diri sendiri, hak orang lain, hak binatang, alam, dsb. Selain itu pula kita hendaknya takut kepada dosa, karena Allah swt telah melarang kita berbuat aniaya, atau berbuat kerusakan di muka bumi ini.
D. Diskriminasi
Diskriminasi artinya memandang sesuatu tidak secara adil dan memperlakukannya pula secara pilih kasih.Agar kita terhindar dari perbuatan diskriminasi ini perlu sekali memahami tentang hak-hak dan kewajiban seseorang. Jika kita mau melakukan diskriminasi, maka perhatikan dulu apakah dia memang berhak atau tidak, jika memang berhak, maka kita harus mengurungkan diri untuk berbuat diskriminasi.
Minggu, Mei 16, 2010
Bentuk dan contoh diskriminasi
Munculnya prilaku
diskriminasi lebih disebabkan oleh adanya penyimpangan ndividual.Penyimpangan
ini biasanya dilakukan oleh orang yang telah mengabaikan dan menolak
norma-norma yang berlaku dalam kehidupan masyarakat.Orang seperti itu biasanya
mempunyai kelainan/mempunyai penyakit mental sehingga tak dapat mengndalikan
dirinya.
Bentuk dan contoh diskriminasi antara
lain :
- Membedakan/pilih kasih terhadap semua manusia dan memperlakukan setiap orang secara tidak setara.Rasulallah tidak pernah membedakan/pilih kasih terhadap semua manusia dan beliau memperlakukan setiap orang secara setara.Nabi bersabda yang artinya:”Sesungguhnya allah tidak melihat kepada tubuhmu/parasmu.akan tetapi dia melihat kepada hati dan kelakuan mu”.Sebagai makhluk bermoral manusia bertindak sesuai dengan prinsip moralitas.Oleh karena itu menurut sudut pandang sosiologi,sampai kapanpun setiap manusia menginginkan adanya kebersamaan,bersatu dan terpadu.
- Membedakan orang lain berdasarkan SARA
Manusia yang secara fitrah
diciptakan dengan memiliki keragaman.Diharapkan dapat saling mengenal,dengan
cara ini akan muncul pemahaman untuk saling mengakui kesamaan.Sehingga pada
akhirnya sikap diskriminasi dapat terhindari.
Firman allah dalam Q.S
al-hujurat:13,yang artinya :”Hai manusia,sesungguhnya kami menciptakan kamu
dari seorang laki-laki da seorang perempuan dan menjadikan kamu
berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal
mengenal.Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu di sisi allah ialah
orang yang paling takwa diantara kamu.Sesungguhnya allah maha mengetahui lagi
mah mengenal”.
- Mengutamakan kepentingan diri sendiri dan sanak saudaranya.
Diskriminasi
DISKRIMINASI
Pengertian
diskriminasi dalam ruang lingkup hukum dapat dilihat dalam pasal 1 ayat (3) UU
Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia yang berbunyi “Diskriminasi
adalah setiap pembatasan, pelecehan, atau pengucilan yang langsung atau tidak langsung
dadasarkan pada pembedaan manusia atas dasar agama, suku, ras, etnis, kelompok,
golongan, status social, status ekonomi, jenis kelamin, bahasa, keyakinan
politik, yang berakibat pengurangan, penyimpanan, atau penghapusan, pengakuan,
pelaksanaan atau penggunaan Hak Asasi Manusia dan kebebasan dasar dalam
kehidupan baik individual maupun kolektif dalam bidang politik, ekonomi, hukum,
social, budaya, dan aspek kehidupan lainnya”.
Adanya
Diskriminasi Langsung
Terjadi saat
hukum peraturan atau kebijakan yang sangat jelas sekali menyebutkan
karakteristik tertentu, seperti jenis kelamin, ras, dan sebagainya sehingga
menghambat adanya peluang yang sama.
Diskriminasi Tidak Langsung
Diskriminasi
tidak langsung terjadi saat peraturan yang bersifat netral menjadi
diskriminatif saat diterapkan di lapangan.
Diskriminasi
dalam masyarakat,maupun organisasi tertentu tentu mempunyai sisi negative dan
positif sebagai dampaknya. Dampak positif dan negative diskriminasi ini antara
lain :
Dampak negatif:
Semua hal
yang bersifat social dan menyeluruh yang menyangkut hajat hidup orang banyak
tentnu memiliki dampak negatifenya. Sebagai suatu pandangan social atau
idiologi masyarakat yang diciptakan secara social dan berlaku secara social,
diskriminasi mempunyai dampak nergatif.
Antara lain :
·
Adanya kesenjangan social
·
Tidak adanya rasa saling menghargai
·
Berkurangnya rasa nasionalisme
·
Tidak adanya tenggang rasa
·
Tidak adanya rasa toleransi
·
Masyarakat tingkat atas menganggap
bahwa diskriminasi adalah sesuatu yang wajar, sehingga mereka cenderung
mengulangi hal tersebut secara terus menerus.
Dampak positif :
Selain
mempunyai dampak negative, diskriminasi juga mempunyai dampak posotif. Dampak
positif ini memang agak lebih kurang dirasakan oleh masyarakat kebanyakan.
Walaupun banyak masyarakat menganggap secara keseluruhan diskriminasi adalah
negative tetapi pada kenyataannya diskriminasi mempunyai dampak positifnya
juga. Antara lain :
·
Memudahkan masyarakat dalam
berinteraksi dengan kelas sosialnya
·
Menumbuhkan rasa sadar diri dimana
kelas social mereka berada sehingga mereka mengetahui status dan peranny dalam
suatu organisasi masyarakat.
·
Pengkategorian ini dapat menimbulkan
dan dapat memotivasi masyarakat kelas bawah untuk berusaha naik ke kelas social
yang lebih tinggi.
Cara Untuk Mengatasi Diskriminasi :
1.
Belajar tidak membenci, karna dapat
membahayakan diri sendiri bahkan orang lain.
2.
Mencoba berinteraksi dengan kelompok
lain yang berbeda.
3.
Mengkaji ulang antara “kita” dan
“mereka”. Pengkategorian ulang ini akan menimbulkan pandangan yang berbeda
dengan sebelumnya.
4.
Pelajaran multiculturalisme harus
dimasukkan kedalam pendidikan nasional dan dimulai sejak kecil.
Sekian
pembahasan tentang diskriminasi terhadap masyarakat yang masih sering di jumpai
di lingkungan sekitar. Tidak seharusnya budaya diskriminasi terus menerus ada
sebagai pembeda kaum masyarakat kelas bawah dan kelas atas. Semoga bermanfaat.
Diposkan oleh Tri Pras BN & JOJO GINTING BN
SMK BAGIMU NEGERIKU SEMARANG OK!!!!!
1 komentar:
Poskan Komentar
Makasih dah mau ngasih komen smoga bermanfaat bagi semua kalangan dan bloger, Komentar anda sangat berarti bagi saya, mohon kritik dan saranLink ke posting ini